Sabtu, 29 Oktober 2016

Jalan Raya

Sebagai mahasiswa ITB asli Bandung yang bertempat tinggal di daerah Buah Batu, bisa dibilang saya menghabiskan waktu selama 1/16 hari setiap harinya di jalan raya. Tanpa sadar, jalan raya menjadi sesuatu yang tidak bisa terlepas dari hidup saya. Saya pun mendapatkan banyak pelajaran hidup dari jalan raya di Kota Bandung.

Jalan raya, tempat yang berisi kumpulan manusia yang memiliki urusannya masing-masing, manusia-manusia yang ingin pergi ke tempat yang berbeda-beda. Tanpa sengaja, mereka pun bertemu orang-orang yang memiliki kesibukannya sendiri juga. Terkadang mereka pun bertemu orang yang memang kesibukannya ada di jalan raya. Secara tidak langsung, mereka berinteraksi satu sama lain di satu tempat ini, jalan raya.


Tahu tempat ini? Semua orang Bandung seharusnya tahu. Ini adalah Simpang Lima di tengah Kota Bandung. Persimpangan antara Jalan Karapitan yang menghubungkan Bandung Selatan, Jalan Sunda yang menghubungkan Bandung Utara, Jalan Asia Afrika yang menghubungkan Bandung Barat, serta Jalan Ahmad Yani dan Jalan Gatot Subroto yang menghubungkan Bandung Timur. Disinilah orang-orang dari berbagai penjuru Bandung bertemu tanpa sengaja sembari mengemudi menuju tempat tujuan untuk melakukan urusannya masing-masing. Karena saya penghuni Bandung Selatan yang berpergian ke Bandung Utara setiap harinya, Simpang Lima ini selalu saja saya temui setiap hari. Memberikan pelajaran hidup juga menjadi saksi dari aktivitas saya setiap hari.

Jalan raya, tempat orang-orang memperlihatkan wajahnya yang asli. Kita dapat dengan mudah mengetahui mood dan kepribadian seseorang dari cara mengemudinya. Seseorang yang tidak sabaran akan menerobos lampu merah, mengklaksoni pengemudi di depannya ketika lampu hijau baru saja menyala. Seseorang yang tidak bertanggung jawab akan menyetir dengan seenaknya, dan kabur begitu saja setelah "menyenggol" pengemudi yang lain. Seseorang yang pemarah akan berteriak dan mencaci-maki kepada pengemudi yang dia pikir sudah melanggar haknya. Seseorang yang sedang terlambat dan berangkat ngepas akan menyalip antrian dan kebut-kebutan di jalan dengan tidak tenang. Seseorang yang lamban dan malas akan mengemudi dengan lambat, menghalangi dan memperlambat pengemudi yang ada di belakangnya. Semuanya dapat terlihat di jalan raya. Orang yang taat dan bertanggung jawab akan mematuhi semua lampu dan rambu yang ada dan orang yang rendah hati akan mengalah dengan pengemudi yang lain. Semua kepribadian yang baik dan buruk dari seseorang itu terlihat jelas di jalan raya.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang memang urusannya di jalan raya? Orang-orang seperti supir angkot, supir ojek, supir bus dan sebagainya harus menghadapi kumpulan emosi sepanjang hari dalam hidup mereka, baik itu emosi dari diri sendiri maupun emosi dari pengemudi lain. Mereka harus kuat hati dan selalu menjunjung tinggi nilai moral. Namun jika tidak, mereka akan mengemudi dengan seenaknya, berhenti dimanapun mereka mau untuk mendapatkan penumpang, dan itulah yang terjadi pada kebanyakan supir angkot di kota ini. Larut dalam emosi untuk menghidupi keluarga mereka. Membuat pengemudi yang lain tidak nyaman dan mengeluarkan emosi mereka juga.

Jalan raya sudah mengajarkan saya banyak hal, terutama untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Jalan raya mengingatkan saya bahwa nilai moral tidak lagi dijunjung tinggi oleh masyarakat banyak dan kita sendiri yang harus menegakkannya.

Jalan raya membuat saya sadar bahwa peraturan ada untuk dipatuhi dan tidak dilanggar. Jika peraturan dilanggar yang ada hanyalah ketidaknyamanan dan kekacauan.

Terlepas dari jalan raya, sekarang, balik lagi ke realita. Ada tugas besar gamtek yang belum dikerjakan HAHA :(




#OOT: Jangan biarkan kesibukan menguasai emosi Anda. Semua bisa menjadi kacau jika emosi tidak terkendali. Sempatkan waktu untuk menenangkan diri tapi jangan lupa kewajiban juga wkwk.

1 komentar: