Sabtu, 31 Desember 2016

Kaleidoskop 2016

Tahun 2014 dan 2015 sudah menjadi tahun yang penuh terisi kesenangan dan kebahagiaan selama masa SMA. Namun jika melihat kilas balik tahun 2016, tahun 2016 memiliki semuanya, kesenangan, kegelisahan, dan kesedihan. Yang terpenting adalah.. tahun 2016 adalah tahun ketika saya dapat melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tahun 2016 adalah tahun ketika saya berhasil mencapai cita-cita jangka pendek yang saya tulis di tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016 adalah tahun yang mengubah pribadi saya menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya.

Oke kita mulai dari awal tahun...

Seorang siswa kelas 3 SMA biasa yang bercita-cita masuk ITB

Tahun baru 2016, tahun yang penuh harapan bagi semua siswa angkatan 2016. Semua berharap dapat memilih dan masuk jurusan di universitas idaman mereka. Tak terkecuali saya, saya pun berharap di tahun 2016 ini berhasil masuk FTI ITB dan kemudian yakin secara spesifik ingin masuk jurusan Teknik Industri setelah hasil Bidik Jurusan keluar. Di awal tahun inilah saya menggantungkan cita-cita untuk masuk Teknik Industri ITB.

Pengumuman ranking paralel, percaya diri?

Ranking paralel angkatan dilakukan SMAN 3 Bandung setiap tahunnya. Ranking paralel ini digunakan untuk memetakan kemampuan siswa dalam seleksi untuk masuk perguruan tinggi negeri yang dinamakan SNMPTN. SMAN 3 bisa dibilang sekolah dengan jalur sutera untuk masuk ITB. Dari tahun ke tahun siswa SMAN 3 banyak yang berhasil masuk ITB sehingga ranking paralel selalu menjadi patokan dalam memilih fakultas di ITB. FTI ITB, salah satu fakultas dengan kesukaran yang tinggi, ditambah peminatnya yang menumpuk, tentu memerlukan ranking setidaknya di atas 90% seluruh siswa SMAN 3 agar bisa percaya diri.

Pengumuman raking paralel pun keluar, hasil dari usaha belajar selama 5 semester di SMAN 3 terbukti sudah. Ranking 14 seangkatan, rangking 4 diantara para peminat FTI di SMAN 3. Cukup percaya diri? Semuanya mengatakan saya bisa masuk lewat SNMPTN tanpa hambatan, tapi gak ada yang tahu kan? Kita banyak mendengar cerita orang cerdas yang over-confident sampai akhirnya gak keterima dimana-mana. Tapi percaya diri untuk memilih FTI? Tentu saja. Tidak ada pikiran untuk memilih fakultas lain sebagai pilihan pertama, kedua, atau ketiga. Masuk FTI atau tidak sama sekali, itu pilihannya.

Masa ujian-ujian, momen-momen terakhir di SMAN 3 Bandung

Kelas 12, fase terakhir dari masa SMA, bahkan masa sekolah. Fase terakhir ini pun harus dihadapi dengan menyelesaikan serangkaian ujian. Ujian praktek, ujian tulis, dan ujian nasional semuanya harus dilewati. Ujian-ujian ini menandakan momen-momen terakhir di SMAN 3 Bandung. Banyak ujian praktek yang mewajibkan kami untuk membuat semacam proyek bersama kelas. Pelajaran Seni Musik mewajibkan kami untuk menampilkan karya musik sebebasnya. Kelompok musik saya seringkali frustrasi karena sulitnya mencari studio yang muat untuk banyak orang, seringkali juga frustrasi karena anak-anaknya yang susah diatur dan diajak latihan. Sementara pelajaran Bahasa Indonesia mewajibkan kami untuk membuat karya film kelas, jauh lebih sulit untuk mengatur sekelas penuh daripada hanya sekelompok. Tak hanya harus memikirkan konsep, kami pun harus menyempatkan waktu diantara ujian-ujian praktek lainnya yang juga harus kami pikirkan. Akhirnya, film pun selesai dengan konsep yang sederhana, cuplikan kehidupan SMA, tidak terlalu memuaskan dan asal jadi. Begitulah chaos-nya ujian praktek.

Setelah ujian praktek datanglah ujian sekolah. Ujian yang benar-benar menentukan kelulusan dan mencakup semua materi dari semua mata pelajaran di SMAN 3. Sungguh harus bisa mengatur belajar karena kita harus lulus pelajaran MaFiKiBi yang cenderung sulit dan pelajaran yang "mudah namun agak menyusahkan" seperti PPKN dan Pendidikan Agama yang juga memerlukan waktu dalam mempelajarinya. Akhirnya semua ujian ini pun berakhir dan nilai-nilai dari ujian ini "di-katrol" oleh guru. Coba pikir lagi, nilai ujian sekolah Matematika yang tertera di ijazah sebesar 99 tuh dateng darimana?? Begitulah SMAN 3, seburuk apapun nilai siswanya pasti diluluskan selama tidak bermasalah. Semua ujian ini bukan tentang resiko tapi tentang tenaga, waktu, dan pikiran yang dikerahkan. So glad it's over.

Menghadapi Ujian Nasional

Tinggal selangkah lagi agar akhirnya bisa dinyatakan lulus dari SMA ini yaitu Ujian Nasional. Untuk pertama kalinya, Ujian Nasional tidak menentukan kelulusan, UN 2016 hanya sebuah formalitas dan digunakan pemerintah untuk pemetaan pendidikan. Jadi... nothing to lose kan? Awalnya saya kira begitu, saya pun mulai mengalami krisis motivasi belajar untuk UN. Gak nentuin apa-apa jadi buat apa dong belajar lagi? Masih segar juga kan habis belajar untuk Ujian Sekolah?

Di selang waktu sebelum UN, saya sempat membaca-baca tentang beasiswa ke luar negeri yang salah satunya Monbukagakusho, beasiswa kuliah S1 di Jepang. Pada website Monbukagakusho disebutkan salah satu persyaratan untuk mengikuti beasiswa Monbukagakusho adalah lulus UN dengan nilai rata-rata minimal 84. Saya jadi tertarik dan termotivasi untuk UN, ditambah lagi taruhan dengan teman saya, Harits, siapa yang nilai UNnya lebih rendah harus mentraktir yang nilainya lebih tinggi. Haha, challenge accepted!

Hari Ujian Nasional tiba, semua berita yang ada di media dan semua ucapan dari kerabat membuat UN sedikit bertekanan di hari pertama, ditambah lagi seringnya kejadian error baik itu server maupun komputer yang digunakan untuk Simulasi UN CBT. Untungnya tidak terjadi hal tak terduga di hari pertama, hari-hari berikutnya pun terlewati dengan lancar. Namun yang sangat disayangkan adalah bocornya soal UN PBT sehingga menyebabkan "kecurangan" secara tidak langsung oleh peserta UN CBT karena soalnya yang memang sama dengan UN CBT. Ini terjadi hampir di semua sekolah yang melaksanakan UN CBT. Kalau jadi gini buat apa dong ada UN? Kebijakan pemerintah mengenai UN CBT mulai dipertanyakan. Lalu semua kembali kepada moral masing-masing siswa dan kebanyakan memilih untuk "curang". Hasil pemetaan nilai UN pun dipertanyakan kredibilitasnya.

Founder bisnis "JualanJersey"

Ujian Nasional selesai, jadi what next? Tidak ada lagi kegiatan sekolah tapi semuanya dihantui oleh takdir mereka selanjutnya. Pikiran semua siswa kelas 12 terbebani oleh pengumuman SNMPTN dan SBMPTN. Akhirnya hampir semua siswa menghabiskan hari-harinya di tempat bimbingan belajar selagi menunggu kejelasan dan untuk mempersiapkan SBMPTN juga, tak terkecuali saya. Saya datang ke bimbel GO untuk belajar hampir setiap hari. Rasa jenuh terhadap belajar mulai muncul, saya jadi tertarik untuk melakukan hal yang lain.

Saya menemukan online shop jersey sepakbola yang harganya cukup menarik perhatian saya. Harganya yang relatif rendah kalau dibandingkan harga jersey di toko membuat saya tertarik untuk mencari keuntungan dengan menjual kembali jersey dari online shop tersebut. Saya kemudian menanyakan ketentuan online shop tersebut, ternyata online shop tersebut menyediakan jasa "dropship" dan mereka memudahkan orang-orang yang tertarik untuk menjadi dropshipper mereka. Dropshipper bisa dengan bebas mempromosikan katalog online shop itu dan memasang harga semaunya. Ketika mendapat pelanggan, online shop itu langsung mengirimkan barang ke pelanggan dari dropship itu. Mudah kan? Dropshipper bisa dibilang hanya sebatas agen promosi yang juga mendapat keuntungan.

Teknisnya memang terlihat mudah, tapi realitanya tidak. Dengan menjadi dropshipper kita harus memasang harga agak tinggi untuk mendapat keuntungan tapi juga tidak boleh terlalu tinggi dari harga pasaran agar target pasar tetap tertarik. Promosinya pun tidak semudah itu, saya mencoba memasang etalase di tokopedia dan kaskus tapi tidak ada yang berhasil. Harga yang terpasang terlalu tinggi, saya pun mencoba menurunkan harga lagi. Lalu saya mencoba membuat account line@. Untuk mendapatkan follower atau setidaknya dilihat via line itu cukup sulit, saya seringkali promosi lewat OA sepakbola yang followernya sudah puluhan ribu dan itu pun jarang dilihat. Satu-satunya cara yang terpikirkan untuk mendapatkan follower instan adalah dengan menjadi sponsor event yang diadakan sebuah OA yang mewajibkan peserta event untuk meng-add sponsor event tersebut. Instan? Iya. Rugi dikit? Iya juga.

Cara ini seringkali saya lakukan demi mendapat follower. Tapi dengan cara ini akhirnya saya berhasil mendapatkan pelanggan. Kebanyakan hanya menanyakan dan membawa harapan palsu, hanya sedikit yang akhirnya meminang jersey yang ditawarkan OA saya. Sedikit-sedikit juga untung, saya pun lagi-lagi menjadi sponsor event OA "besar", tak jarang saya menemui admin OA-OA sepakbola "besar" itu hanya anak-anak SMP yang masih norak, menyembunyikan kebocahan mereka dibalik layar sebuah OA. Mereka mengesalkan dan saya sempat muak untuk menjadi sponsor event sejenis itu. Seiring waktu, OA saya yang sudah berfollower 700an orang itu seringkali ditawarkan jadi sponsor. Bahkan yang menanyakan sponsor lebih banyak daripada yang menanyakan barang yang ditawarkan. Memang.. line penuh oleh bocah tanpa modal yang ingin mendapat follower demi kepentingannya. Akhirnya, OA saya vakum sampai sekarang, mungkin kalau dikelola lebih baik bisa dikembangkan lagi apalagi dengan modal 700 follower.

Kegelisahan menjelang pengumuman SNMPTN

Hari pengumuman SNMPTN, tepatnya 10 Mei 2016, semakin dekat. Semakin dekat dengan hari pengumuman, semakin jenuh dan malas untuk belajar menghadapi SBMPTN. Percaya diri sih iya, tapi khawatir juga iya. Mungkin saya akan menangis kalau tidak lulus SNMPTN karena tekanan ketika mengerjakan tes SBMPTN itu sangat besar. Bisa dibilang jika saya tidak lulus SNMPTN, saya harus menggantungkan hidup saya di 150 soal yang sangat sulit dan menegangkan. Bisa jadi saya tidak kuat mental dan nganggur selama setahun kedepan.

Lalu hari itu tiba dan saya memutuskan untuk bolos bimbel GO di hari itu. Saya dan Harits memutuskan untuk pergi ke Cafe Upnormal, bermain Scrabble sambil menunggu pengumuman SNMPTN jam 1 siang. Saya tidak bisa berhenti memikirkan SNMPTN selagi bermain, saya seringkali melihat jam apakah sudah jam 1 atau belum. Ketika mendekati jam 1, saya shalat dan berdoa sebelum melihat pengumuman di web SNMPTN. Setelah shalat, kami membuka pengumuman SNMPTN Harits terlebih dahulu. Dan... jeng jeng jeng.. Harits diterima di STEI ITB, pengumuman Harits menambah rasa percaya diri tapi menambah rasa sakit jika saya tidak diterima di FTI ITB. Saya tidak berani mengklik tombol login yang ada di web SNMPTN, akhirnya Harits yang mengklik dan......alhamdulillah saya diterima di FTI ITB. Huahh akhirnya segala kegelisahan ini berakhir, perjuangan selama ini terbayar sudah. Terus.. what next? Daftar ulang masih lama dan saya secara harfiah benar-benar sudah tidak ada kewajiban apapun. Mau jadi gelandangan? wkwk

Melawan gabut, berbuah pengalaman kerja

Rasa bosan bisa membunuhmu. Setelah pengumuman SNMPTN saya benar-benar tidak ada kerjaan. Mau main juga ada perasaan gak enak untuk ngajak temen yang masih harus berjuang SBMPTN. Akhirnya saya pun berinisiatif untuk "melamar" kerja di Kumon, yah bilangnya sih mau ngebantu-bantu aja tapi dibayar hehe. Saya pun akhirnya bekerja tiap Selasa dan Jumat sore selama 5 jam. Yah walaupun gaji disini gak terlalu besar tapi pengalaman kerja disini priceless, apalagi perasaan mendapatkan gaji pertama sepanjang hidup saya tidak bisa dibandingkan dengan perasaan apapun. Punya duit sendiri mau diapain yah? wkwk.

Untuk pengalaman saya selama kerja di Kumon bisa dibaca di post Angka dan Anak-Anak.

Gathering FTI dan Daftar Ulang Jalur SNMPTN

Memang agenda wajib terdekat adalah daftar ulang mahasiswa baru ITB jalur SNMPTN yang dilaksanakan di Kampus ITB Jatinangor. Semua mahasiswa baru di tiap fakultas pun mengadakan Gathering sebelum daftar ulang dengan maksud temu perdana dengan teman-teman seperjuangan mereka nanti. Fenomena Gathering tiap fakultas sepertinya terjadi setiap tahun atas inisiatif mahasiswa baru sendiri. Hebat juga.

Namun, gathering FTI yang pertama ini terkesan tidak terorganisir dan tidak jelas acaranya. Kita hanya berkumpul, berkenalan, dan mengobrol yang bisa dibilang basa-basi ketika pertama kali ketemu orang seperti "Dari sekolah mana?","Mau ngambil jurusan apa nanti?, "Oh dari (nama sekolah) banyak yang ke ITB ya?". Semua mencoba membangun first impression mereka sebaik mungkin. Berusaha akrab satu sama lain. Sementara saya? Berusaha untuk tidak terlalu sering bulak-balik kamar mandi karena maag dan diare. Inilah awal cerita saya yang "penyakit-an" selama kuliah. -_-

Besoknya, semua mahasiswa baru ITB daftar ulang di kampus ITB Jatinangor sementara teman-teman kami yang belum diterima sedang mengerjakan soal SBMPTN. Semua berkas harus dipersiapkan dengan baik. Paginya, sementara yang lain berangkat jam 4 pagi untuk menghindari macet, saya berangkat jam setengah 7 pagi dari rumah dan datang tepat waktu, haha.

Mendaftar seleksi beasiswa Monbukagakusho, Nothing to Lose?

Pengumuman nilai UN bukan sesuatu yang ditunggu-tunggu, tapi tentu saja saya penasaran apakah saya mendapat nilai yang bagus dan bisa mendaftar beasiswa Monbukagakusho atau tidak? Tapi lebih penasaran menang taruhan sama Harits sih wkwk. Pengumuman nilai UN pun disertai pengumuman kelulusan, dan ternyata saya.... LULUS! wkwk. Saya dinyatakan resmi lulus dari SMA haha. Saya lulus dengan nilai UN 528.0 atau dengan nilai rata-rata 88, saya menang taruhan dan nilai saya cukup untuk mengikuti seleksi pertama Monbukagakusho yaitu seleksi berkas. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar dan mengirim berkas-berkas yang diperlukan. Nothing to lose kan? Kalau dapet untung, kalau gak dapet ya udah emang bukan rezekinya. Itu yang awalnya saya pikirkan.

Tidak begitu lama kemudian, kira-kira 2 minggu setelah mengirim berkas, pengumuman di website Monbukagakusho sudah keluar. Saya termasuk dari 200an orang yang dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap kedua yaitu tes tulis di Kedutaan Jepang di Jakarta pertengahan Juli nanti. Saya pun memiliki agenda baru untuk mengisi liburan, belajar untuk tes tulis Monbukagakusho nanti.

Tidak seperti UN, anehnya saya termotivasi dalam belajar untuk tes tulis ini. Saya mencoba mengerjakan soal-soal Monbukagakusho tahun 2009, berusaha untuk bisa mengerjakan semuanya, mungkin tes tulis ini sudah dianggap oleh pikiran saya sebagai sebuah tantangan. Saya pun berangkat ke Jakarta untuk mengerjakan tes tulis, saya mendapat beberapa kenalan dan pengalaman yang tentunya priceless ketika itu. Saya mengerjakan tes tulis yang bisa dibilang cukup sulit (apalagi Matematika-nya yang naudzubillah) dengan tenang dalam sebuah ruangan besar dingin yang sebenarnya suasananya agak menegangkan. Nothing to lose sih jadi tegang buat apa?

Gathering FTI 2.0

Dalam waktu dekat kesibukan dunia kuliah akan menyerang. Hasil SBMPTN 2016 pun sudah diumumkan. Akhirnya setengah angkatan FTI ITB 2016 terlengkapi. Gathering FTI 2.0 akan menjadi Gathering dimana semua mahasiswa FTI ITB 2016 terkumpul dengan lengkap. Saya termasuk bagian dari konseptor Gathering FTI 2.0 dan terpilih menjadi Ketua Divisi Logistik. Mungkin disini lah pengalaman pertama saya bisa bekerjasama dengan orang-orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Kami bisa membuat acara tanpa kumpul bertatap muka sampai kira-kira H-7 acara. Kami rapat lewat groupchat di malam hari sembari liburan. Hasilnya? Mantap.

Gathering FTI 2.0 merupakan Gathering termegah yang pernah saya alami dan saya senang bisa jadi bagian penting dalam pelaksanaannya. Mata acara yang terperinci dan tereksekusi dengan baik, dekor yang mewah, serta publikasi yang mantap dan menarik terdapat di Gathering FTI 2.0 ini. Gathering ini membuat saya menyadari bahwa memang anak FTI itu ambisius dan perfeksionis dalam melakukan sesuatu, tidak hanya dalam hal akademik yang orang-orang bilang.

Dilema Monbukagakusho, Something to Lose...

Hasil seleksi tes tulis Monbukagakusho diumumkan awal Agustus, dan tanpa diduga, saya berhasil lolos seleksi tes tulis dan dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap ketiga yaitu tahap wawancara di gedung Kedutaan Jepang di Jakarta kira-kira seminggu sebelum mulai kuliah.

Dilema ini sudah saya curahkan di post Take It or Leave It

Setelah semua dilema itu dan mempertimbangkan semuanya, memang kita harus mengambil resiko yang besar untuk mendapat reward yang lebih besar dan saya memutuskan untuk melanjutkan ke tahap wawancara. Saya sampai tidak mengikuti program SMPE ITB hanya untuk melengkapi berkas yang memerlukan usaha untuk melengkapinya. Certificate of Health, surat rekomendasi kepala sekolah, surat pernyataan sekolah, Ijazah asli dalam bahasa inggris, dan formulir yang harus diisi, itulah berkas-berkas yang harus ada sebelum wawancara. Saya pun berangkat dengan perasaan tidak enak karena ibu saya yang sedikit kesal.

Wawancara Monbukagakusho tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Saya tidak latihan wawancara sama sekali dan saya baru tahu wawancara-nya akan menggunakan bahasa inggris sehari sebelumnya. Lagi-lagi pengalaman wawancara dan momen berbicara dengan terbata-bata di depan orang Jepang asli sangat priceless untuk saya. Pengumuman akhir seleksi tahap wawancara dijanjikan pada akhir Desember oleh pemerintah Jepang. Pada titik inilah awal mula ketidakpastian saya selama berkuliah di ITB.

INTEGRASI 2016, hari-hari pertama di ITB

Ospek adalah acara seremoni yang dilakukan kepada mahasiswa yang baru masuk. Di ITB biasanya Ospek terpusat bernama OSKM, namun di tahun 2016 ini berganti nama menjadi INTEGRASI. INTEGRASI 2016 menjadi momen pertama saya di ITB, ketika akhirnya "diakui" secara resmi sebagai mahasiswa ITB. INTEGRASI ini memiliki mata acara seminar, turun langsung ke lapangan, performance, dan mentoring sebagai metode pengenalan KM ITB kepada mahasiswa-mahasiswa baru. Disini saya mendapat teman dan ilmu baru mengenai kemahasiswaan ITB. Saya merasakan bagaimana suasana kegiatan kemahasiswaan terpusat di ITB untuk pertama kalinya. Saya jadi semakin tertarik untuk aktif dan mencari pengalaman baru di ITB, terutama pengalaman kemahasiswaan. INTEGRASI hanya berjalan selama 3 hari. 2 hari berikutnya, hari pertama kuliah. Ada rasa excited dengan kuliah, memangnya kuliah sesulit apa sih?

Dilema 7 Unit Kegiatan Mahasiswa

Hari pertama kuliah tiba. Kuliah masih terasa ringan namun terasa berbeda. Setiap fakultas memiliki jadwalnya masing-masing dan FTI memiliki jadwal yang melelahkan di awal minggu tapi santai ketika mendekati akhir minggu. Masuk kelas, duduk, nyimak dosen, keluar-keluar bingung mau kemana karena 4 jam yang kosong tidak ada kuliah. Overall hari-hari pertama kuliah terlalui dengan santai, lebih santai dari ketika SMA.

Ketika INTEGRASI, saya mendaftar untuk mengikuti 7 unit, sebut saja Radio Kampus, ISO, PS, UATM, Gamais, Kokesma, dan TEC. Saya pun gak tau kenapa daftar sebanyak itu, yang jelas unit-unit itu menarik tapi gak mungkin untuk dijalani semuanya. Setiap unit pun memiliki acara kaderisasi masing-masing, seringkali bertabrakan, bahkan saya pernah dilema ketika acara kaderisasi 5 unit saya dilaksanakan di hari yang sama. Bingung dah pilih yang mana -_- memang sistem ini mengharuskan kita untuk aktif di 1-3 unit saja. Bahkan 3 unit sudah cukup berat untuk dijalani dengan aktif. Di hari itu pun saya memilih Radio Kampus ITB.

Cinta Gamtek atau Mati karena Gamtek

Mungkin judulnya agak sedikit melebih-lebihkan, tapi inilah yang anak FTI alami di semester ini. FTI adalah satu-satunya fakultas yang memiliki mata kuliah Menggambar Teknik di semester pertamanya. Sebenarnya kuliah di kelasnya sendiri cukup santai, hanya duduk dan memperhatikan penjelasan dosen. Semuanya santai sampai praktikum Gamtek menyerang.

Gamtek itu dianggap sulit dan memberatkan karena memang Gamtek ini ilmu baru selama menjalani kehidupan ini. Praktikum Gamtek diadakan setiap minggu di hari Kamis, hari yang sama dengan hari pelaksanaan praktikum Fisika dan Kimia. Awalnya praktikum ini berat, apalagi FTI ada 2 praktikum setiap minggunya, Gamtek dan Fisika/Kimia. Yang memberatkan adalah tugas Gamtek sebelum praktikum, yakni harus menggambar obyek yang semakin rumit setiap minggunya tanpa diajarkan secara 'properly'. Membuat anak-anak FTI seringkali ditemukan di Perpustakaan ITB sampai jam perpus tutup pukul setengah 9 malam, berkutat dengan aplikasi Solidworks di laptop mereka. Gamtek membuat anak-anak FTI mencicipi kerasnya dunia kuliah di saat tahap jurusan nanti, hal yang tidak dirasakan anak TPB dari fakultas lain. Tapi, selama kita "mencintai" gamtek, kita tidak akan stres karena-nya, saya rasa mata kuliah lain juga begitu. Sampai sekarang, gamtek selalu saja jadi topik yang rame untuk dibicarakan anak-anak FTI, sekarang kami bisa menertawakan masa-masa sibuk itu haha.

Tantangan Ca-Ketua Angkatan Radio Kampus ITB

Saya memprioritaskan Radio Kampus diantara 6 unit yang lain. Kami diberi tugas angkatan, memilih ketua angkatan. Saya tertarik untuk mencoba, tanggung lah udah diprioritasin kalau gak jadi apa-apa, nothing to lose ini kan. Agak aneh rasanya, ketika mencalonkan diri untuk pertama kalinya, pertama kali mencalonkan menjadi orang paling berpengaruh di angkatan tanpa pengalaman sebelumnya. Ditambah kandidat lain yang jauh lebih percaya diri dan meyakinkan.

Hari hearing pertama datang, jiwa introvert saya berharap ingin cepat-cepat selesai. Hari itu, kuorum angkatan 50% tidak terpenuhi, hearing pun dibatalkan untuk mencari hari yang lebih tepat. Pada hearing 'kedua' lagi-lagi kuorum tidak terpenuhi, 'hearing' informal dilakukan. Akhirnya saya dapat mencoba berbicara di depan orang banyak untuk pertama kalinya, mencoba meyakinkan kurang dari setengah angkatan. Saya memang terlihat lebih tidak percaya diri dari yang lain, saya menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban seadanya, sementara Aldy, PJ sementara angkatan, dapat memberi jawaban yang keren dan penuh percaya diri. Diri saya semakin insecure, semakin gak pede untuk hearing yang sebenarnya, rasanya ingin cepat-cepat selesai saja.

Hearing yang 'ketiga' dan 'sebenarnya' pun datang. Lagi-lagi kuorum angkatan terlihat tidak terpenuhi, tapi kami tidak peduli, kami semua ingin cepat selesai, ingin segera memiliki ketua angkatan sebelum hari pendidikan RK berikutnya. Hearing dilangsungkan, saya mencoba untuk berbicara lebih pede dari sebelumnya, saya tidak berekspektasi untuk dipilih, saya hanya ingin lebih pede dari sebelumnya. Dipilihlah dua dari tiga calon, saya kaget saya termasuk diantara 2 orang itu, menyisihkan Pat yang sangat percaya diri. Tinggal saya dan Aldy, sesi pertanyaan dilangsungkan, saya menjawab pertanyaan dengan cara saya sendiri, seakan membuat janji seandainya saya menjadi ketua angkatan, Aldy pun sama, mereka hanya tinggal memilih janji yang lebih meyakinkan untuk mereka dan karakter orang yang akan menjadi pemimpin mereka.

Akhirnya? Tanpa diduga, saya dipercaya menjadi ketua angkatan. Tidak tahu apa yang dibahas di musyawarah mereka, saya terpilih. Aneh rasanya. Bisa mengalahkan Aldy yang lebih berpengalaman dalam menangani angkatan. Ada sedikit rasa gak enak ke Aldy. Sekarang, Äldy 'menghilang', semoga saja di tahun 2017 nanti Aldy kembali.

Minggu UTS Pertama, minggu berat untuk seorang Maba

Minggu UTS pertama semakin dekat. Anak-anak TPB ada yang mendadak rajin belajar di perpus, ada juga yang panik merasa belum belajar dengan baik dan benar. Euforia ujian yang unik ini tumbuh, membuat saya bertekad belajar dengan baik untuk ujian pertama yaitu UTS Fisika. Saya membaca textbook buku Halliday yang tebal itu dari seminggu sebelumnya, mengerjakan soal-soal Phiwiki, dan mengerjakan ujian dengan sepenuh hati.

Ketika UTS, perkuliahan tetap berjalan seperti biasa, hanya ditambah UTS di hari Sabtu selama 3 minggu kedepan. Hari Minggu setelah UTS Fisika, saya mulai batuk-batuk tapi tidak terlalu saya hiraukan. Di hari itu, saya datang ke acara kaderisasi Kokesma. Saya pulang tapi tidak termotivasi untuk belajar untuk UTS Kimia Sabtu depan dikarenakan dosen kimia, Pak Barnas, yang metodenya tidak enak buat saya. Akhirnya bisa dibilang baru hari Rabu saya mulai belajar, baca-baca materi di printout powerpoint Pak Barnas, itupun dengan malas-malasan.

Besoknya, saya harus menghadiri praktikum Kimia, di hari itu, saya datang ngepas. Karena takut terlambat saya jadi tergesa-gesa, termasuk ketika berjalan ke Lab Kimia di ujung timur ITB dari parkiran SR di depan. Jalan terasa begitu jauh, saya jalan cepat dengan kepala yang sedikit pusing. Akhirya saya sampai di Lab Kimia tepat jam 1 siang, menjadi orang terakhir yang masuk Lab. Saya tenang tidak terlambat tetapi kepala saya tambah pusing. Selesai praktikum, badan saya panas, jalan jadi sempoyongan, saya akhirnya pergi menemui ibu saya di kantornya, kantor FTSL. Saya dibawa ke BMG. Rasanya ingin cepat pulang. Saya diperiksa dokter umum, dan ternyata saya menderita penyakit Bronkitis. Saya disuruh istirahat untuk 3 hari kuliah. Saya kaget, merasa ngedown karena ada praktikum Gamtek di hari Jumat dan UTS Kimia di hari Sabtu. Praktikum dan UTS gaada susulan, masa dilepas gitu aja?

Saya merasa gak berdaya, hanya bisa beristirahat di rumah. Saya berusaha pasrah, yang bikin ngedown-nya lagi adalah saya belum belajar dengan benar untuk UTS Kimia. Saya gelisah dan akhirnya tidak mengikuti praktikum Gamtek terakhir yang kata semua orang 'tambang nilai'. Saya memaksakan untuk belajar dengan membaca ppt yang ada di website kuliah online, hanya itu, gapapa nanti gak bisa yang penting saya harus paham, begitulah yang saya pikirkan. Besoknya saya memaksakan untuk datang UTS Kimia dan TTKI, diantar sampai dekat gedung Oktagon tempat UTS Kimia dilaksanakan. Karena sudah pasrah, saya mengerjakan soal ujian dengan perasaan 'nothing to lose' sehingga bisa mengerjakan dengan tenang. Saya baru bisa 'sembuh' sepenuhnya seminggu kemudian, setelah UTS terakhir yaitu UTS Matematika. Begitulah pengalaman UTS pertama saya yang diiringi penyakit Bronkitis.

Ketua Angkatan RK, seorang apatis di FTI dan unit lain?

Menjadi ketua angkatan membuat saya merasa harus terlibat di semua kegiatan angkatan RK. Pendidikan RK yang sebentar lagi berakhir menandakan pelantikan sebentar lagi. Tak hanya itu, kami diberi tugas proyek angkatan yaitu acara perayaan ulang tahun RK ke-17, Dies Natalis pada pertengahan November. Kami harus membuat pre-event Dies, dan kami membuat flashmob sebagai pre-event, membuat Dies ini cukup menghabiskan waktu dan tenaga dalam perencanaannya. Latihan flashmob hampir diadakan setiap hari sekalian mengerjakan tugas angkatan lainnya yaitu bendera angkatan. Memang sulit sekali menggerakkan massa yang banyak, apalagi seangkatan, saya sempat merasa lelah dengan ini. Orang-orang yang dateng latihan flashmob dan mengerjakan bendera angkatan itu-itu aja. Saya merasa sibuk dan lelah. Pulang malam hampir setiap hari, demi kumpul dies, flashmob, dan bendera angkatan. Saya merasa satu unit saja sudah cukup untuk membuat kita pulang malam setiap hari. Tak hanya itu, saya cape hati, hanya sebagian dari angkatan yang benar-benar peduli.

Semua perasaan sibuk, lelah, dan jenuh karena tanggung jawab di RK ini membuat saya menjadi seorang yang apatis dengan aktivitas lain. Saya jadi tidak peduli dengan kegiatan FTI, forum angkatan FTI jarang saya datangi, juga kegiatan unit lain diantaranya ISO yang sudah dilantik dan Kokesma yang gak jelas niat saya berada didalamnya. Saya tidak ingin melepas unit lain tapi rasanya sangat malas untuk datang. Saya merasa sibuk dan semakin tidak peduli, sampai pelantikan RK dan Dies Natalis yang akhirnya selesai. Sampai ahirnya saya merasa.. sebenarnya saya ini sibuk atau menyibukkan diri? Apakah saya menjadikan tanggung jawab di RK menjadi sebuah alasan untuk meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab di tempat lain?

Menjelang UTS Kedua, Tugas Besar menyerang

UTS yang kedua menandakan semester ini sebentar lagi selesai. Terbitlah tugas-tugas 'besar' diantaranya tugas besar Gamtek, makalah TTKI, penelitian RBL Fisika, dan proyek kursi PRD, yang deadline-nya jatuh di tanggal yang berdekatan. Anak-anak TPB terutama anak FTI menjadi jauh lebih sibuk dari sebelumnya. Tugas-tugas ini gak bisa dikerjakan dengan asal-asalan, apalagi tugas besar Gamtek yang mewajibkan tiga kali asistensi selama pengerjaannya. Memaksa kita untuk kumpul sampai malam dan begadang menggambar part, mengassembly part menjadi sub-assembly, dan membuat laporan akhir per sub-assembly. Penelitian RBL pun sama, gak bisa asal jadi. Saya dan kelompok RBL saya berkali-kali gagal dalam eksperimen kami, berkali-kali kumpul tapi tidak ada hasil, mengalami kebingungan yang berlarut-larut.

Deadline tugas-tugas itu jatuh di sekitar minggu-minggu UTS, kami benar-benar harus menyempatkan waktu untuk belajar di tengah badai tugas-tugas ini. Saya sempat merasa berantakan dan ingin segera berakhir semua ini. Saya sempat tidak termotivasi untuk belajar menghadapi UTS yang kedua. Orang-orang yang gak kuat mungkin tidak akan survive di saat-saat seperti ini. Bisa jadi stres dan malah kena penyakit di masa-masa kritis, seperti saya yang lagi-lagi terkena penyakit maag dan diare yang lebih parah daripada sakit ketika daftar ulang yang pertama. Saya tidak bisa datang ketika presentasi RBL. Saya juga terpaksa mengikuti susulan tes lari UAS Olahraga. Kebetulannya lagi, sakit ini terjadi lagi-lagi setelah UTS Fisika dan sebelum UTS Kimia.

Saya lelah dengan penyakit-penyakit ini, terutama bronkitis dan maag yang bisa dibilang cukup parah ini. Sampai sekarang saya kambuhan dengan penyakit ini. Tapi pada akhirnya, semua pasti bisa dijalani asal kita bisa mencari motivasi dalam menjalani semua ini. Jangan stres, ntar penyakitan. Semoga di tahun 2017 bisa hidup sehat sampai akhir, aamiin.

Akhir dari ketidakpastian selama ini

Ingat kan? Monbukagakusho menjanjikan pengumuman akhir seleksi di akhir Desember. Tapi ternyata pengumuman sudah keluar pada tanggal 28 November 2016 lewat email saya. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di post Terima Kasih Monbukagakusho

Akhirnya ketidakpastian ini berakhir. Ketidakpastian yang membuat saya tidak bisa berjuang 100% di ITB jika saya pikirkan terus. Ketidakpastian yang membuat saya galau jika harus meninggalkan semua ini, meninggalkan semua kejadian manis di ITB, meninggalkan tanggung jawab dan keluarga Radio Kampus ITB. Ketidakpastian yang mungkin sedikit 'mengganggu' hubungan dengan teman saya. Akhirnya semua itu berakhir. Terimakasih Monbukagakusho.

Akhirnya tahun 2016 beres juga

Akhirnya semester pertama di ITB selesai, semua pengalaman ini, semua suka dan duka di tahun 2016 memberikan pelajaran yang berarti untuk hidup saya. Saatnya berlibur dan move on dari tahun 2016. Semoga tahun 2017 menjadi tahun yang lebih baik dari tahun 2016. Semoga tahun 2017 adalah tahun yang penuh berkah. Aamiin ya rabbal alamiin.

Mungkin cukup sekian. Saya pamit undur diri, terima kasih sudah membaca kisah hidup saya di tahun 2016 yang panjang ini. Maaf kalau tulisan ini agak membosankan dan panjang.


Terima Kasih 2016.

Keep positive and keep moving forward!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar